Kayu Bakar sebagai Bahan Kerajinan

Wakil Bupati H Arief Rohman, M. Si bersama Kusminarto, perajin ukiran Jati berbahan dasar limbah kayu (rencek)

BLORA. Wakil Bupati Blora H. Arief Rohman, MSi mengapresiasi kerajinan yang dibuat dari limbah kayu jati oleh Kusminarto (35), warga RT 03 RW 02 Desa Turirejo, Kecamatan Jepon.
“Karya Mas Kus ini bagus, dan sudah layak untuk di pasarkan, terlebih ini dari limbah kayu jati tak terpakai yang ia daur ulang lagi. Ukurannya tidak terlalu besar seperti halnya kerajinan gembol jati, sehingga pas untuk souvenir atau kenang-kenangan,” ucapnya, di Blora, Rabu (25/4/2018).
Wabup mengaku kerajinan yang di hasilkan ini bisa dijadikan modal pemberdayaan masyarakat di sekitarnya, sehingga dapat dikembangkan menjadi produk unggulan desa.
“Saya kira kalau potensinya bagus, bisa diadakan pelatihan atau workshop kepada masyarakat di sekitarnya untuk berkarya dan menularkan ide ide kreatif seperti ini dan akan terus didampingi sehingga semakin banyak lagi warga desa yang berkarya dengan kreativitasnya,” ujarnya.
Kusminarto mengubah kayu rencek (ranting/dahan) jati atau kayu sisa-sisa bongkahan jati yang sering digunakan untuk keperluan kayu bakar menjadi sebuah karya seni yang bernilai tinggi.
Di tangannya, kayu yang kerap ditaruh di dapur untuk kegiatan masak ibu-ibu pedesaan itu diukir, ditatah dan di amplas menjadi beraneka bentuk patung hewan berukuran kecil yang apik dan menarik.
Ia mengaku ide awal pembuatan kerajinan patung hewan dari kayu rencek jati itu muncul ketika ia melihat banyaknya bongkahan rencak kayu jati yang dibakar begitu saja untuk memasak dan kurang dimanfaatkan di wilayah Blora.
Berbekal ilmu ukir yang ia miliki sejak sepuluh tahun lalu ketika bekerja di perusahaan gembol akar jati. Ia lantas mencoba mengubah rencek jati menjadi sebuah patung-patung kecil dan hasilnya banyak pembeli yang berminat sehingga dijadikan sebagai usaha barunya di Desa Turirejo.
“Sebenarnya saya bergelut di dunia ukir sudah 10 tahun lalu, namun karena banyaknya limbah kayu jati yang ada, kemudian saya mencoba membuat berbagai macam patung dari limbah kayu jati,” jelas Kusminarto.
Menurutnya, limbah kayu jati yang kerap kali hanya dimanfaatkan menjadi bahan bakar untuk memasak, harganya cukup murah sehingga ia mencoba membuat karya seni dari limbah tersebut agar harganya lebih tinggi.
“Untuk model patung tergantung bentuk limbah kayu yang di dapat, kadang saya bikin ikan, burung atau lainnya,” ungkapnya.
Dalam proses pembuatannya Kusminarto juga menggunakan proses manual yaitu dengan menggunakan tatah, gergaji, dan sejumlah alat manual lainnya. Saat pembuatan, ia mengaku juga tidak kesulitan.
“Satu patung terkadang juga bisa selesai dalam satu hari sampai satu minggu, tergantung bentuk kayu dan karkter patung yang dibuat,” lanjutnya.
Harganya ditawarkan mulai Rp 50 ribu hingga jutaan, tergantung tingkat kerumitannya. Sedangkan penjualannya dibantusejumlah teman yang ada di luar Blora.
“Terkadang saya titipkan teman yang ada di luar daerah seperti Jogja dan Semarang,” katanya.
Hasil karya diantaranya sejumlah patung animal, seperti patung ikan , burung, gajah, naga, orang, dan sejumlah patung lainya, dihasilkan hingga mirip aslinya dengan sangat detail.
“Paling rumit, membuat burung karena harus detail dan teliti di bagian bulunya,” jelasnya. (Dinkominfo Kab. Blora/Tim). 

Sumber:
blorakab.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar