Kisah Keraton Jipang di Blora yang Beda dengan Keraton Agung Sejagat


Kirab Keraton Jipang(Dokumen Yayasan Keraton Jipang)

BLORA, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Blora, Jawa Tengah tidak mempersoalkan eksistensi Yayasan Keraton Jipang di Kecamatan Cepu karena sejauh ini aktivitas dan kegiatannya masih terpantau positif.

Keberadaan Yayasan Keraton Jipang yang digagas oleh orang-orang yang mengklaim sebagai "trah" Raja Adipati Jipang atau Arya Penangsang dimaksudkan untuk melestarikan budaya.
"Pak Barik Barilyan yang mengaku keturunan Arya Penangsang ingin melestarikan sejarah leluhurnya. Mendukung sektor pariwisata juga. Kegiatannya hanya saat kirab budaya pada waktu waktu tertentu," kata Wakil Bupati Blora, Arief Rohman saat dihubungi Kompas.com, Jumat (17/1/2020).

Sementara itu Gusti Pangeran Raja Adipati Arya Jipang II Barik Barliyan menyebut, legalitas badan hukum Yayasan Keraton Jipang resmi telah disahkan oleh keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia pada 2016.

Yayasan Keraton Jipang, kata dia, juga tercatat di Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN).
"Sekali lagi, kami bukan mendirikan kerajaan atau berkegiatan menyimpang seperti kerajaan fiktif yang di Purworejo," tegas Barik Barilyan.

Dijelaskan Barik, terealisasinya Yayasan Keraton Jipang bukan asal-asalan, ada proses komunikasi dengan pemerintah dan masyarakat sekitar. Selain itu, ada catatan sejarah soal kerajaan ini.
Kirab budaya Keraton Jipang(Dokumen Yayasan Keraton Jipang)


Menurut Barik Barilyan, langkah melestarikan budaya hingga mempersatukan pecahnya "trah" petinggi Keraton Jipang telah lama dilaksanakan secara turun temurun. Hanya saja, upaya untuk mengangkat sektor wisata dengan memperkenalkan sejarah Keraton Jipang baru diwujudkan beberapa tahun lalu. Kemudian Keraton Jipang mulai muncul ke publik melalui pagelaran budaya pada 2014.
"Trah Arya Penangsang terpecah di berbagai daerah mulai Cepu, Brebes, Cimahi, Palembang dan lain-lain. Untuk Yayasan ada di Cepu. Sejak dahulu, kami sudah nguri uri (melestarikan) budaya dengan mempertahankan tradisi jamasan dan sebagainya," terang Barik Barilyan.

Barik Barilyan juga menjelaskan, Yayasan Keraton Jipang kini menjadi wadah untuk mempererat hubungan kekeluargaan para trah Arya Penangsang. Yayasan Keraton Jipang juga tidak berencana mendirikan sebuah kerajaan atau bahkan memetakan wilayah.

Mereka tidak merekrut pengikut atau bahkan berorientasi ke arah menyimpang.
"Kami hanya ingin mengangkat sektor pariwisata melalui sejarah kerajaan jipang. Harapannya bisa diwujudkan pemerintah dengan menghidupkan kembali sejarah dan baungunan-bangunan bersejarahnya. Nanti kan geliat perekonomian akan muncul disana," pungkasnya.

Kasus penipuan yang mengatasnamakan Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah menghebohkan masyarakat pada awal 2020.

Selain aktivitasnya yang tak lazim, Keraton Agung Sejagat sukses merekrut ratusan pengikut dengan tarif berbayar serta janji-janji yang menggiurkan.

Viralnya kebohongan Keraton Agung Sejagat, melatahkan masyarakat menyoroti berbagai aktivitas yang bersinggungan dengan klaim sebuah kerajaan.

Seperti halnya eksistensi Yayasan Keraton Jipang di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jateng.

Meski demikian, Yayasan Keraton Jipang tak serupa dengan sepak terjang Kerajaan Agung Sejagat. Yayasan Keraton Jipang tidak membangun kerajaan, merekrut pengikut atau bahkan berniat memiliki pemerintahan yang berdaulat.

Sejatinya, Yayasan Keraton Jipang hanyalah perkumpulan "trah" Raja Adipati Jipang yang berupaya melestarikan dan mengikat sejarah leluhur supaya tak lekang dimakan zaman.

Langkah demikian pun digagas agar tidak dipatenkan oleh oknum yang tak bertanggungjawab. Paling tidak mengingatkan kepada masyarakat jika dahulu pernah mengemuka kesohoran Kerajaan Jipang di masa kepemimpinan nenek moyangnya.

Keberadaan Kerajaan Jipang di Cepu salah satunya dibuktikan juga dengan banyaknya peninggalan benda bersejarah yang ditemukan terkubur di sana.

Bahkan, ada juga petilasan Kadipaten Jipang yang dijadikan obyek wisata di Desa Jipang, Kecamatan Cepu + 45 Km ke arah Tenggara dari kota Blora. Obyek wisata ini merupakan obyek wisata peninggalan sejarah dan adat budaya.

link berita:
https://regional.kompas.com/read/2020/01/17/21243621/kisah-keraton-jipang-di-blora-yang-beda-dengan-keraton-agung-sejagat?page=all
Penulis : Kontributor Grobogan, Puthut Dwi Putranto Nugroho
Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief

Tidak ada komentar:

Posting Komentar