Cerita dari Blora, Mengenalkan Ajaran Sedulur Sikep

Sekretaris Ditjen Kemendikbud Sri Hartini dalam acara Temu Ageng Sedulur Sikep di Blora, Minggu (22/9/2019). KOMPAS/FAJAR RAMADHAN

JAKARTA, KOMPAS – Melalui platform kebudayaan Indonesiana, pemerintah mulai mengenalkan ajaran dan nilai-nilai masyarakat adat Sedulur Sikep kepada masyarakat lebih luas. Ajaran-ajaran mereka dianggap sederhana dan relevan dengan masalah sosial-politik yang dihadapi Indonesia saat ini.

Indonesiana diinisiasi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen Kemendikbud) untuk mengonsolidasi kegiatan budaya daerah melalui festival-festival kebudayaan.

Kekuhuan Sedulur Sikep mempertahankan nilai-nilai luhur diangkat oleh Kabupaten Blora, Jawa Tengah, dalam Indonesiana tersebut. Tema yang diangkat adalah “Cerita dari Blora”.

Rangkaian acara bertajuk “Cerita dari Blora” tersebut diawali dari Pameran Lelaku Samin pada Kamis (19/9/2019). Selain itu, ada pula pelatihan sosiodrama tentang Samin dan ngenger atau pengabdian Samin. Rangkaian acara ditutup dengan pagelaran wayang krucil di Pendopo Kabupaten Blora.

Sekretaris Ditjen Kemendikbud Sri Hartini berharap agar nilai-nilai budaya sedulur sikep bisa menjadi rujukan masyarakat yang lebih luas. Sedulur Sikep atau Wong Samin tidak hanya untuk Blora, tapi juga untuk seluruh masyarakat Indonesia.

“Selama ini orang selalu melihat sisi negatifnya. Padahal banyak ajaran Sedulur Sikep yang bisa diadopsi,” kata Sri di Blora, Minggu (22/9/2019).

Sedulur Sikep adalah kelompok masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang terkenal melawan Pemerintahan Hindia Belanda tanpa kekerasan. Samin Surosentiko bernama asli Raden Kohar adalah petani pejuang anti-penjajahan.

Sejarah mencatat, Raden Kohar lahir di Blora, Jawa Tengah, pada 1859. Dia wafat dalam pembuangan serta kerja paksa di Sawahlunto, Sumatera Barat, pada 1914.

Sedulur Sikep yang disebut juga penganut Agama Adam hidup berkomunitas. Mereka tersebar di Blora, Rembang, Grobogan, Pati, dan Kudus yang merupakan kawasan Jateng bagian timur. Di Jatim bagian barat, Wong Samin dapat dijumpai di Bojonegoro, Tuban, Gresik, Ngawi, Madiun, bahkan Blitar.

Saminisme merupakan ajaran hidup, bukan pembedaan berdasarkan etnis. Melawan tanpa kekerasan, kejujuran, serta menghargai alam dan manusia, merupakan beberapa sikap hidup yang dihidupi. Hal tersebut dianggap relevan dengan kondisi bangsa saat ini, dimana konflik masih kerap terjadi.

“Kami memegang teguh ajaran tidak menggunakan kekerasan untuk menunjukkan protes. Kami selalu menahan diri,” ujar Gunretno, salah satu tokoh Sedulur Sikep asal Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Gunretno, salah satu tokoh sedulur sikep asal Pati, Jawa Tengah. KOMPAS/FAJAR RAMADHAN

Menurut Sri, ajaran-ajaran Sedulur Sikep yang masih dipegang teguh selama lebih dari satu abad antara lain adalah kejujuran, nasionalisme, dan kesetiaan. Sikap kejujuran yang dianut Sedulur Sikep sudah mendarah daging.

“Masyarakat luas sudah seharusnya mempelajarinya,” ujarnya.

Melalui Indonesiana, kata Sri, penguatan ekosistem Samin dilakukan tidak hanya melalui masyarakat, tapi juga pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Hal ini dimaksudkan agar penyebarluasan nilai-nilainya bisa berjalan secara masif.

“Tentu saja tidak hanya Blora, kami menargetkan agar seluruh pemerintah daerah dapat menggali potensi-potensi budaya dan kearifan lokal di wilayahnya masing-masing,” ujarnya.

Selain Blora, lanjut Sri, hal serupa juga sudah dilakukan di Halmahera, Flores Timur, Ngada, Aceh, dan Mojokerto. Tahun depan, sudah ada 40 kota/kabupaten yang mengajukan. Kemendikbud akan verifikasi untuk menentukannya.

Acara Temu Ageng Sedulur Sikep di Blora, Minggu (22/9/2019). KOMPAS/FAJAR RAMADHAN

Kemandirian

Wakil Bupati Blora Arief Rohman mengemukakan, eksistensi, kemandirian, dan daya tahan Sedulur Sikep amat luar biasa. Kemandirian tersebut pula yang mengantarkan mereka masih bertahan di tengah perkembangan zaman hingga kini.

Senada dengan Sri, Arief berharap agar nilai, ajaran dan kearifan lokal sedulur sikep bisa dikenal luas masyarakat. “Sedulur Sikep selalu menghargai orang lain, taat, ikhlas, dan tidak mengenal dengki. Banyak warga dari berbagai daerah yang rindu akan petuah tokoh Sedulur Sikep ketika berkunjung ke sini,” ujarnya.

Selama ini, Arief menilai para Sedulur Sikep telah berkontribusi dalam pembangunan Blora. Salah satunya dalam hal pelestarian lingkungan, yaitu dengan membuat embung untuk mengatasi kekeringan. Selain itu, hasil pertanian dan beternak Sedulur Sikep mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Blora.

Wakil Bupati Blora Arief Rohman. KOMPAS/FAJAR RAMADHAN

Tak hanya agraris, mereka juga mampu berkarya dengan membuat karya seni seperti batik. “Mereka hadir di tengah-tengah masyarakat dengan kemampuan masing-masing. Dengan program pemerintah, mereka juga selalu klop,” ujar Arief.

Temu ageng

Salah satu kegiatan penting yang diselenggarakan dalam “Cerita dari Blora” adalah Temu Ageng Sedulur Sikep. Lebih kurang sekitar 300 penganut ajaran Samin Surosentika berkumpul di Pendopo Sedulur Sikep Blimbing, Desa Sambongrejo, Kecamatan Sambong Kabupaten Blora, Minggu pagi hingga sore.

Tokoh sedulur sikep yang hadir dalam Temu Ageng Sedulur Sikep mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua. KOMPAS/FAJAR RAMADHAN

Mereka datang dari berbagai wilayah yang berbeda yakni Kudus, Pati, Rembang, Bojonegoro, dan Blora. Forum tersebut diselenggarakan untuk merekatkan silaturahmi sekaligus menyamakan persepsi tatkala ada ajaran-ajaran yang berbeda di tiap wilayah.

“Ini adalah forum nyocokno (mencocokkan) antar mereka yang selama ini tinggal menyebar setelah wafatnya Mbah Samin,” kata Perwakilan dari Lembaga Seni dan Budaya Muslim Indonesia Kabupaten Blora, Dalhar Muhamadun.

Oleh FAJAR RAMADHAN
Editor HENDRIYO WIDI
https://bebas.kompas.id/baca/utama/2019/09/22/cerita-dari-blora-mengenalkan-ajaran-sedulur-sikep/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar